Berdasarkan perhitungan
para peneliti dariHarvard University, sebagian
besar orang mampu menghabiskan setengah
dari waktu kerja untuk membayangkan masa
depan atau melamunkan peristiwa yang telah
lewat. Para psikolog yang turut ambil bagian
dalam riset tersebut mengungkapkan bahwa
waktu berkhayal tidak hanya mengganggu
jam kerja, akan tetapi juga berpotensi
menjadikan seseorang cenderung tidak
bahagia.
Bagaimana tidak? Seseorang akan jauh
merasa lebih bahagia pada saat ia mampu
menerima kondisi yang tengah berlangsung
pada masa yang sedang dijalani. Artinya,
dengan tidak mengkhayalkan dirinya pada
posisi lain dan pada suatu masa yang lain
pula. Para psikolog mendapati fakta bahwa
seseorang dapat menghabiskan 46,9% waktu
untuk berkhayal! Tanpa disadari, banyak
diantara kita yang membuat diri menjadi tidak
bahagia dan secara otomatis menekan
perasaan bahagia akibat terlampau sering
berkhayal.
Acapkali dan tanpa disadari, bahkan dengan
sukarela, seseorang melakukan aktivitas
berkhayal pada saat mendengarkan musik,
bekerja, beristirahat, atau duduk di depan
layar komputer. Namun, pada saat melakukan
aktivitas menonton televisi, membaca, atau
menyelesaikan pekerjaan rumah justru
membawa dampak tersendiri bagi aktivitas
otak. Penilaian kebahagiaan tertinggi yang
dirasakan oleh seseorang terjadi pada saat
orang tengah melakukan interaksi aktif
dengan teman-teman. Teori ini menegaskan
alasan mengapa tidak sedikit orang memilih
mengisi waktu luang dengan mengikuti
kegiatan klub, berkumpul dengan teman-
teman, hingga melakukan olahraga ekstrem.
Untuk riset ini, para observer
mengembangkan aplikasi khusus iPhone,
yang memuat 3 pertanyaan acak untuk 2.250
responden yang tersebar di seluruh penjuru
dunia. Aplikasi tersebut menanyakan: “Apa
yang sedang Anda kerjakan saat ini?”, “Apa
yang sedang Anda rasakan saat ini?”, dan
“Apakah Anda sedang berkhayal melakukan
sesuatu yang berbeda dari yang sedang Anda
kerjakan saat ini?” dan hasil riset tersebut
menunjukkan bahwa tidak sedikit orang yang
tengah melakukan aktivitas berkhayal.
Tampilkan postingan dengan label kesehatan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label kesehatan. Tampilkan semua postingan
Rabu, 27 April 2016
Senin, 04 April 2016
Berapa Frekuensi Ideal Olahraga dalam Seminggu?
Kompas.com - Memang betul olahraga harus
dilakukan rutin minimal 30 menit setiap hari
untuk menjaga tubuh tetap sehat. Tetapi
olahraga setiap hari bukan patokan baku karena
sah-sah saja berolahraga dua atau tiga kali
dalam seminggu.
Studi teranyar menyebutkan, frekuensi olahraga
bersifat fleksibel tergantung pada tujuan yang
ingin dicapai. Dalam studi yang dimuat dalam
jurnal Applied Physiology, Nutrition, and
Metabolism, disebutkan, tidak penting seberapa
sering Anda berolahraga asalkan dalam
seminggu tercapai total waktu 150 menit.
Para peneliti menganalisa sampel dari 2.324
orang dewasa Kanada yang aktif berolahraga.
Para responden ini berpartisipasi dalam
Canadian Health Measures Survey. Mereka rata-
rata berolahraga minimal 150 menit perminggu,
baik olahraga intensitas sedang sampai berat.
Sebagian orang membagi total waktu itu dalam
lima sampai tujuh kali sesi olahraga, sementara
ada juga yang melakukan olahraga satu kali
sampai empat kali dalam seminggu.
Kedua kelompok responden itu memiliki risiko
sindrom metabolik, obesitas, tekanan darah
tinggi, kolesterol tinggi, dan juga kadar gula
darah tinggi.
Tetapi ternyata orang yang berolahraga dengan
total waktu 150 menit perminggu adalah yang
paling sehat. Hal ini karena total waktu, jenis,
dan intensitas kegiatan lebih berpengaruh bagi
tubuh ketimbang frekuensi olahraga.
Lantas, apakah lebih baik berolahraga satu kali
dengan durasi 2,5 jam lalu di hari lain tak perlu
olahraga? Ternyata tidak juga.
Menurut ketua peneliti, Ian Janssen dari School
of Kinesiology and Health Study dari Queens
University, Kanada, sebenarnya boleh saja
berolahraga cukup dua atau tiga kali dalam
seminggu, tetapi olahraga rutin dalam durasi
singkat pun tak ada salahnya.
Lagi pula, olahraga dengan durasi terlalu
panjang tapi hanya satu atau dua kali seminggu
belum tentu bisa membantu kita mencapai
target kebugaran, misalnya untuk menurunkan
berat badan atau ingin mengikuti perlombaan
lari. Untuk tujuan tersebut latihan harus
dilakukan secara rutin dalam durasi lebih
pendek.
dilakukan rutin minimal 30 menit setiap hari
untuk menjaga tubuh tetap sehat. Tetapi
olahraga setiap hari bukan patokan baku karena
sah-sah saja berolahraga dua atau tiga kali
dalam seminggu.
Studi teranyar menyebutkan, frekuensi olahraga
bersifat fleksibel tergantung pada tujuan yang
ingin dicapai. Dalam studi yang dimuat dalam
jurnal Applied Physiology, Nutrition, and
Metabolism, disebutkan, tidak penting seberapa
sering Anda berolahraga asalkan dalam
seminggu tercapai total waktu 150 menit.
Para peneliti menganalisa sampel dari 2.324
orang dewasa Kanada yang aktif berolahraga.
Para responden ini berpartisipasi dalam
Canadian Health Measures Survey. Mereka rata-
rata berolahraga minimal 150 menit perminggu,
baik olahraga intensitas sedang sampai berat.
Sebagian orang membagi total waktu itu dalam
lima sampai tujuh kali sesi olahraga, sementara
ada juga yang melakukan olahraga satu kali
sampai empat kali dalam seminggu.
Kedua kelompok responden itu memiliki risiko
sindrom metabolik, obesitas, tekanan darah
tinggi, kolesterol tinggi, dan juga kadar gula
darah tinggi.
Tetapi ternyata orang yang berolahraga dengan
total waktu 150 menit perminggu adalah yang
paling sehat. Hal ini karena total waktu, jenis,
dan intensitas kegiatan lebih berpengaruh bagi
tubuh ketimbang frekuensi olahraga.
Lantas, apakah lebih baik berolahraga satu kali
dengan durasi 2,5 jam lalu di hari lain tak perlu
olahraga? Ternyata tidak juga.
Menurut ketua peneliti, Ian Janssen dari School
of Kinesiology and Health Study dari Queens
University, Kanada, sebenarnya boleh saja
berolahraga cukup dua atau tiga kali dalam
seminggu, tetapi olahraga rutin dalam durasi
singkat pun tak ada salahnya.
Lagi pula, olahraga dengan durasi terlalu
panjang tapi hanya satu atau dua kali seminggu
belum tentu bisa membantu kita mencapai
target kebugaran, misalnya untuk menurunkan
berat badan atau ingin mengikuti perlombaan
lari. Untuk tujuan tersebut latihan harus
dilakukan secara rutin dalam durasi lebih
pendek.
Ukuran Minum air putih perhari yang benar

Ukuran Minum air putih perhari yang benar –
Mungkin kita sudah seringkali mendengar
anjuran yang mengatakan bahwa, kita harus
minum air putih minimal 8 gelas/2 liter perhari
supaya sehat. Namun Ada pendapat yang
mengatakan bahwa anjuran 8 gelas minum air
putih perhari itu tidak selalu benar, alasannya
karena ukuran tubuh dan kebutuhan orang
akan air bisa berbeda karena beberapa faktor.
Yang mana ini yang benar?,,, Nggak usah
bingunglah, baca artikel tentang Ukuran Minum
air putih perhari yang benar berikut ini.
Aturan minum air putih yang benar
Banyaknya anjuran-anjuran yang berbeda
mengenai jumlah kecukupan asupan air putih
perhari mungkin telah membuat kita bingung.
Lalu anjuran minum air putih yang benar itu
seperti apa sih?
Minumlah air putih secukupnya, artinya
tidak terlalu sedikit dan tidak terlalu
banyak. Yang dikatakan terlalu berlebihan
itu yang bagaimana sih?
Terkait dengan berbagai macam dampak
fatal yang terjadi pada para perlari
maraton akibat terlalu banyak minum air
putih, International Marathon Medical
Directors Association (IMMDA)
menyarankan agar kita mengkonsumsi
air minum hanya pada saat kita merasa
haus dan dahaga. Konsumsilah air
minum secukupnya atau tidak
berlebihan, yaitu tidak lebih dari 0.03
liter per kg berat badan kita. Jadi,
misalnya seseorang memiliki berat
badan seberat 50 kg, maka konsumsi air
minum yang diperbolehkan untuk orang
tersebut adalah tidak lebih dari 1.5 liter
per hari. Rekomendasi ini menjadi
sangat logis, karena berat badan
seseorang tentunya berpengaruh juga
dengan jumlah kebutuhan air yang harus
diminumnya perhari. Orang yang lebih
gemuk (berat badan lebih besar)
tentunya membutuhkan air dalam jumlah
yang lebih banyak, jika dibandingkan
dengan orang yang kurus.
Jika kita sering mendengar anjuran
untuk mengkonsumsi air sebanyak 2 liter
perhari, itu bukan berarti semua
kebutuhan air yang diperlukan tubuh kita
harus berasal dari air putih. Dua liter air
yang dianjurkan tersebut bisa juga
termasuk dari makanan yang banyak
mengandung air, atau minuman lain
misalnya sup, air susu, sari buah, atau
jenis makanan dan minuman lainnya
yang mengandung air.
Aturan minum 2 liter perhari berlaku bagi
orang sehat. Sementera untuk penderita
ginjal, tentulah harus dibatasi. Orang
yang menderita sakit ginjal tidak boleh
minum air putih terlalu banyak, karena
akan semakin memperberat kerja
ginjalnya.
Minumlah air putih secara bertahap,
jangan sekaligus dalam satu waktu.
Contohnya, 1 gelas air setelah bangun
tidur, kemudian dilanjutkan 1 gelas
sebelum dan sesudah sarapan, 1 gelas
sebelum dan sesudah makan siang, satu
gelas sebelum dan sesudah makan
malam, dan 1 gelas sebelum tidur.
Namun ternyata masih banyak orang
yang salah kaprah tentang anjuran
minum air putih ini. Karena ingin
mencukupi kebutuhan air untuk tubuh,
mereka umumnya minum air putih dalam
jumlah banyak sekaligus dalam satu
waktu. Dampak terlalu banyak minum air
putih dalam satu waktu akan kita bahas
dibawah.
Kebutuhan air per hari untuk tiap-tiap
orang berbeda bergantung pada kondisi-
kondisi tertentu, yaitu aktivitas fisik,
cuaca, diet, berat badan, jenis kelamin,
dan kondisi kesehatan. Untuk itu,
minumlah secukupnya disesuaikan
dengan kebutuhan dan kondisi masing-
masing. Minumlah saat Anda merasa
haus, karena haus dan dahaga adalah
indikator terbaik untuk mengetahui
kapan saatnya tubuh kita membutuhkan
minum.
Selain haus, Anda juga bisa mengetahui
kecukupan jumlah cairan bagi tubuh
lewat warna air seni (kencing). Bila air
seni berwarna kuning cerah/bening dan
jumlahnya banyak, itu berarti kebutuhan
cairan tubuh cukup baik dan sudah
terpenuhi. Sedangkan jika warna air seni
berubah menjadi lebih gelap (kuning tua/
oranye) dan jumlahnya sedikit, itu berarti
kebutuhan cairan tubuh masih belum
terpenuhi.
Dampak Terlalu Banyak Minum Air Putih
akan menyebabkan 3 hal berikut:
Sebenarnya apa yang terjadi pada tubuh kita
ketika kita minum air putih dalam jumlah yang
berlebihan?. Ada dua hal utama yang terjadi
pada tubuh kita ketika kita terlalu banyak
mengonsumsi air putih pada suatu waktu, yaitu:
#1. Meningkatkan total volume darah
Mengonsumsi air putih lebih banyak dari
jumlah yang dibutuhkan tubuh kita akan
meningkatkan total volume darah. Volume
darah yang meningkat pada sistem pembuluh
darah yang tertutup akan membuat kerja
jantung dan pembuluh darah akan meningkat,
seiring dengan meningkatnya tekanan pada
sistem pembuluh darah yang tertutup itu.
Baca juga:
#2. Memaksa ginjal bekerja ekstra
Jumlah air yang terlalu banyak masuk ke
dalam tubuh juga akan meningkatkan kerja
ginjal dari yang seharusnya. Ginjal akan
memfilter/menyaring setiap cairan yang masuk
ke dalam tubuh – berbeda dengan pipa air,
dimana semakin banyak air yang mengalir,
maka pipa tersebut akan semakin bersih.
Namun pada ginjal hal tersebut tidak berlaku,
justru malah beban kerja ginjal akan semakin
meningkat karena banyaknya air yang harus
disaring melalui glomerulus. Bahkan,
glomerulus bisa rusak sebagai akibat dari
bekerja ekstra keras dalam menyaring jumlah
cairan yang tidak seharusnya. Sistem filtrasi
pada ginjal juga harus tetap mempertahankan
jumlah air (di dalam tubuh) pada tingkat yang
aman, yang memang diperlukan oleh tubuh.
Kelebihan cairan sebagai akibat dari banyaknya
mengkonsumsi air juga harus dibuang dari
tubuh oleh sistem filtrasi ini.
#3. Menyebabkan Hiponatraemia
Selain dua hal di atas, minum air putih
berlebihan dapat menyebabkan munculnya
keadaan fatal yang disebut hiponatraemia .
Hiponatraemia adalah suatu keadaan dimana
kadar garam di dalam darah (dalam hal ini
Natrium), lebih rendah daripada yang
seharusnya. Secara normal, konsentrasi
natrium di dalam darah kita berkisar antara
135 hingga 145 milimol per liter. Namun pada
keadaan hiponatraemia, konsentrasi garam
dalam darah kurang dari 135 milimol per liter.
Keadaan yang parah dari kondisi hiponatraemia
ini dapat menyebabkan intoksikasi air, yang
menunjukkan gejala antara lain sakit kepala,
kelelahan, mual, muntah, sering urinasi (buang
air kecil) serta disorientasi mental.
Bahayanya terlalu banyak mengonsumsi air
putih
Keadaan hiponatraemia yang disebabkan oleh
jumlah air yang meningkat di dalam pembuluh
darah, akan membuat ginjal tak mampu
mengeluarkan kelebihan air tersebut secara
cepat. Akibatnya, air yang berlebih itu akan
masuk ke dalam sel-sel tubuh kita. Dan sel
tubuh yang menerima kelebihan air akan
mengalami pembengkakan. Sel-sel tubuh yang
membengkak tersebut tidak akan mengalami
kesulitan untuk mengembang sebagai akibat
air yang diterimanya, karena masih memiliki
ruang di sekitar sel-sel tersebut. Namun, hal
tersebut berbeda dengan sel otak. Sel-sel otak
terkurung dalam tulang tengkorak yang keras,
sehingga tidak memiliki ruang yang cukup
untuk mengembang ketika menerima kelebihan
air. Jika kelebihan air tersebut sampai
memasuki sel-sel otak dan sel otak mengalami
pembengkakan(seperti sel-sel tubuh lainnya),
maka yang terjadi selanjutnya bisa dipastikan
adalah bencana. Tubuh akan mengalami
kejang, koma, sistem pernapasan terhenti,
batang otak mengalami herniasi dan akhirnya
berujung pada kematian.
Cermati Konsumsi Air Putih Anda
Selain hal di atas, ada juga beberapa hal yang
perlu Anda ketahui perihal mengonsumsi air
putih. Ketika Anda melakukan lari marathon,
tentunya rasa haus yang hebat akan melanda
Anda, bukan?. Jika sudah begitu, maka saat
selesai lari maraton, tak sedikit dari kita yang
ingin meneguk air putih banyak-banyak untuk
mengobati dahaga yang dirasakan. Tetapi
tahukah Anda bahwa ketika Anda melakukan
lari marathon, maka saat itu juga konsentrasi
vasopressin dalam tubuh Anda akan
meningkat. Peningkatan vasopressin ini
disebabkan oleh keadaan stress tubuh yang
lelah saat marathon. Vasopressin merupakan
hormon antidiuretik, yang artinya adalah ketika
kadar hormon tersebut tinggi, maka tubuh
cenderung akan menahan air di dalam tubuh
untuk tidak dikeluarkan. Dengan kata lain,
Anda tidak akan cepat merasa berkemih
meskipun sudah minum banyak air sehabis
melakukan marathon. Dalam keadaan
demikian, mengonsumsi terlalu banyak air akan
berdampak fatal bagi Anda seperti yang telah
disebutkan di atas, yaitu hiponatraemia.
Lalu, anjuran untuk minum 8 gelas sehari
apakah masih berlaku?,,. Sebenarnya cara
yang lebih tepat adalah untuk mencoba
menyeimbangkan antara kebutuhan dengan
pengeluaran. Sebagai contoh; saat Anda
berolahraga, Anda mengeluarkan keringat
sebanyak 500 mililiter per jam. Dengan
demikian, maka air yang harus Anda minum
adalah sebanyak 500 mililiter juga. Tetapi,
bukankah sulit untuk mengukur berapa banyak
keringat yang kita keluarkan per jam-nya?. Jika
begitu keadaannya, lalu indikatornya apa?..
Joseph Verbalis, direktur di Georgetown
University Medical Center, punya saran yang
tepat untuk Anda drink to your thirst, Its the
best indicator, yaitu minumlah untuk
mengobati dahaga Anda, karena itu adalah
indikator terbaik untuk mengetahui kapan kita
harus minum air. “Minumlah air putih saat
haus, dan minumlah secukupnya.”
Langganan:
Komentar (Atom)