Kamis, 10 Maret 2016

perjuangan seorang ibu...

Seorang anak yang bernama Dinda dia
baru duduk di sekolah dasar kelas 6.
Dinda adalah anak yang baik dan rajin,
dia juga memiliki seorang adik laki-laki
yang bernama Doni yang baru duduk di
bangku sekolah dasar kelas 3. Dinda
dan adiknya kini tinggal bersama
ibunya, karena ayahnya sudah
meninggal 4 tahun yang lalu. Mereka
adalah keluarga yang hidupnya pas-
pasan, sehingga ibu Dinda harus
bekerja keras setiap harinya untuk
memenuhi kebutuhan mereka setiap
hari dan membiayai sekolah anaknya.
Ibu Dinda bersusah payah seorang diri
membesarkan anak-anaknya. Ibu Dinda
setiap harinya bekerja sebagai buruh
cuci. Walaupun demikian, ibu Dinda
terus berusaha untuk mendidik kedua
anaknya dengan sangat baik. Dan dia
tidak ingin melihat anak-anaknya sedih
dalam kemiskinan. Ibu Dinda selalu
mengajarkan kepada anak-anaknya
untuk selalu kuat dalam menghadapi
setiap cobaan, dia mengatakan kepada
anak-anaknya bahwa kemiskinan
bukanlah hal yang harus ditangisi.
Berbagai kesulitan hidup mereka
hadapi, namun bagi ibu Dinda
kemiskinan bukanlah hal yang
menghalangi mereka untuk terus maju.
Pada suatu hari, saat Dinda berada di
sekolah, Dinda dipanggil ke kantor
karena sudah menunggak uang komite
selama 6 bulan. Dinda pun sedih,
karena dia tahu bahwa ibunya belum
mempunyai uang untuk membayar
semua tunggakan itu. Apalagi ibunya
pun hanya seorang buruh cuci yang
sehari upahnya hanya cukup untuk
dibelikan sebungkus nasi. Sesampainya
di rumah, Dinda masuk ke dalam
kamarnya dan dia pun menangis. Ibu
Dinda yang pada saat itu sudah pulang
dari bekerja melihat kejadian itu. Ibu
Dinda pun hanya bisa menahan air
matanya.
Tetapi semua itu tidak membuat ibu
Dinda putus asa untuk terus bekerja
dan bekerja. Ibu Dinda berjanji akan
terus berusaha agar bisa melunasi
semua tunggakan sekolah anak-
anaknya. Karena ibu Dinda tidak ingin
melihat anak-anaknya menjadi orang
yang susah seperti dirinya. Justru dia
ingin melihat anak-anaknya kelak
menjadi orang yang sukses. Esok hari
pun tiba, Dinda dan adiknya akan pergi
ke sekolah. Namun di dalam hati Dinda
berkata bahwa dia tidak ingin pergi ke
sekolah karena dia takut akan
dipanggil lagi oleh kepala sekolah
karena belum bisa membayar uang
komite.
Dinda pun pergi mendekati ibunya dan
berkata, “Ma, saya ingin berhenti
sekolah dan membantu Mama bekerja
menjadi buruh cuci!” Lalu ibu Dinda
mengelus kepala anaknya dan berkata,
“Mama senang sekali kalau kamu ingin
membantu Mama, tapi kamu harus
sekolah agar kamu bisa menjadi orang
sukses. Kamu tidak usah khawatir
dengan biayanya. Karena Mama akan
terus berusaha untuk mencari uang.”
Setelah mendengarkan perkataan
ibunya, Dinda pun pergi ke sekolah.
Sementara di rumah ibunya terus
berpikir dengan merenung dalam hati.
Kemudian ibu Dinda pun memutuskan
untuk mencari kerja lagi. Dan akhirnya
ibu Dinda mendapatkan pekerjaan
sebagai tukang sapu. Tetapi ibu Dinda
tidak memberitahu kepada Dinda soal
pekerjaan itu. Keesokan harinya, ibu
Dinda mulai bekerja. Begitu banyak
pekerjaan yang harus dia lakukan dan
tidak peduli seberapa capenya dia.
Asalkan dia bisa membiayai sekolah
anak-anaknya. Di bawah teriknya sinar
matahari ibu Dinda seakan akan tidak
pernah menyerah dengan keadaan
yang dia alami, justru dia masih
menunjukkan senyumnya.
Saat malam hari, Dinda bertanya
kepada ibunya. “Apakah Mama merasa
lelah? Karena Dinda tahu Mama
seharian mencuci banyak pakaian
pelanggan.” tetapi ibu Dinda hanya
menjawab bahwa dirinya sama sekali
tidak merasa lelah. Meskipun yang
sebenarnya ibu Dinda merasa sangat
lelah. Karena demi sang anak ibu
Dinda terpaksa berbohong akan
keadaan yang dirasakannya. Hari demi
hari ibu Dinda lewati dengan bekerja,
demi melunasi tunggakan komite anak-
anaknya. Ibu Dinda sama sekali tidak
pernah mengeluh asalkan anaknya
bahagia. Dan meskipun ibu Dinda
sudah menerima gaji, dia tetap bekerja
dan menjalankan dua pekerjaannya
tersebut.
Mungkin sebenarnya ibu Dinda merasa
cape dan lelah tapi itu hanyalah
nyanyian kesedihannya yang selalu
ditutupinya demi kebahagiaan anak-
anaknya. Sungguh sebuah
pengorbanan yang tak ternilai
harganya dibanding dengan apa pun.
Sampai pada akhirnya ibu Dinda jatuh
sakit. Sehingga ibu Dinda tidak bisa
lagi bekerja karena kaki ibu Dinda
sudah sulit untuk digerakkan. Saat itu
Dinda yang sedang menemani ibunya
merasah sedih dan dia pun langsung
menangis karena melihat kondisi
ibunya yang terbaring lemah. Dinda
berpikir jika ibunya sudah seperti ini,
bagaimana bisa dia melanjutkan
sekolahnya. Sedangkan ibunya sudah
tidak bisa lagi bekerja.
Dinda pun lagi-lagi berkata kepada
ibunya, “Mama, sebaiknya aku tidak
usah lagi melanjutkan sekolahku.
Karena dari mana kita akan
mendapatkan uang. Kata ibunya
kepada Dinda, “Tidak Dinda, apa pun
yang terjadi kamu dan Adikmu harus
tetap bersekolah. Kita tidak boleh
menunjukkan kelemahan kita kepada
semua orang. Dan soal biayanya kamu
tidak usah khawatir lagi, karena Ibu
ada mempunyai simpanan uang dari
hasil kerja Ibu selama ini.” Mendengar
perkataan ibunya, Dinda merasa heran.
Dinda pun bertanya kepada ibunya.
“Bagaimana bisa Mama punya
simpanan uang, sedangkan Mama
hanya bekerja sebagai buruh cuci. Gaji
yang Mama terima pun hanya cukup
untuk makan sehari.”
Jawab ibu Dinda, “Sebenarnya Mama
mempunyai dua pekerjaan. Saat pagi
hari ketika kamu sudah berangkat ke
sekolah, Mama pergi bekerja menjadi
tukang sapu hingga siang hari.
Kemudian setelah itu Mama
melanjutkan dengan menjadi buruh
cuci. Mama sengaja tidak
memberitahu kamu karena Mama tidak
ingin melihat kamu sedih. Dan semua
ini Mama lakukan demi masa depan
kalian berdua dan juga karena Mama
sangat menyayangi kalian. Itulah
sebabnya kenapa Mama bisa
mempunyai uang simpanan.”
Kemudian ibu Dinda memberikan uang
tersebut kepada Dinda untuk dipakai
membayar semua tunggakan komite.
Dinda pun terharu lalu dia meneteskan
air mata karena mendengarkan
perkataan ibunya. Dinda dan ibunya
saling bertatapan dengan mata
berkaca-kaca. Akhirnya Dinda pun
memeluk dan merangkul erat ibunya
dan berkata, “Oh.. Mamaku.” Dinda
pun merasa sangat bangga atas
perjuangan ibunya. Dinda sadar bahwa
selama ini ibunya bekerja keras
banting tulang setiap harinya hanya
untuk membiayai mereka. Dinda mulai
mengerti mengapa ibunya melakukan
hal tersebut. Karena saking sayangnya
Dinda kepada ibunya dia pun mencium
pipi ibunya dan dia berjanji kelak akan
menjadi anak yang sukses serta
membuat ibunya bahagia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar