Cerita ini berawal
ketika liburan kenaikan kelas di sebuah
pantai. Saat itu pukul 11.00 wib aku
dan rombonganku masing-masing
mencari tempat yang sesuai dengan
suasana hatiku, “Hampir seperti ombak
diriku ini tiada bertepi dalam.” hanya
gumamku. Aku telusuri dimana
tempatku mampu mengatasi rasa
bosan dan gelisah ini. Dari kejauhan ku
lihat pancaran pelangi yang
menandakan ada masa depan ku di
sana, ku tatap mata itu setajam-
tajamnya.
“Wahai Tuhan diakah orangnya?” di
luar nalarku dia memandangku
membuat aku mati seribu langkah,
sehingga jutaan pasir yang tempatku
berpijak menjadi tempat dudukku yang
paling nyaman. Tak lepas pandanganku
darinya aku merasa seperti kolam
renang di matanya sehingga aku mulai
memancing di dasarnya. Tak ku
sangka dia tersenyum dari kejauhan,
sekali lagi, “Ya Tuhan diakah
orangnya.”
Tak terasa waktu menunjukkan pukul
5.00 wib berapa jam sudah aku duduk
di pasir ini, bajuku penuh dengan
keringat karena tadinya aku berjemur.
Rombongan kami pulang pukul 5.30
wib, setibanya di rumah aku bergegas
mandi dan lekas tidur karena tadi itu
liburan yang melelahkan, ketika aku
sudah setengah tidur hp-ku berdering
“Teet teet” arrgghh siapa sih yang
ngesms, dengan mata yang sudah
merah darah aku buka hp-ku.
“Hai, boleh kenalan gak? Ini kamu kan
yang di pantai tadi yang terus-terusan
lihatin aku?”
“Yang mana ya?” jawabku jutek.
“Kamu kuat ya berjemur… Apa gak
panas?”
Langsung saja aku serontak naik
darah, mata merahku langsung melotot
membaca sms itu.
“Tuhan benarkah ini adalah dia?”
gumamku di keheningan malam. Tanpa
pikir panjang aku telepon dia karena
aku ingin sekali mendengar lantunan
nada indah dari mulutnya.
“Tuut..”
“Halo?” sahutnya.
“Emm anu… Nama kamu siapa?”
“Nurika Hidayah, kalau kamu?”
“Aku Latin.”
Kami terus berbincang-bincang hingga
tiba saatnya merah mataku tak
terbendung aku tertidur dengan rasa
bahagia mendapat ucapan selamat
malam dari Nurika. Romansa ini terus
terjadi hingga aku berpacaran dengan
dia yang baru ku sadari kalau dia
adalah adik kelasku. Aku kelas XI dia
kelas X namun itu bukan halangan
bagi kami sebagai pasangan yang
serasi, banyak orang mengira kami
adalah kakak dan adik karena wajah
kami hampir mirip menurut opini
mereka. Waktu terasa singkat 4 bulan
berlalu seketika ku sadari pasang
surutnya asmara membuat kami
rentan, romansa cinta telah pudar
hingga hanya air terjun yang
membasahi pipiku ketika kata “The
End” mengakhiri sebuah cerita.
Tibalah di suatu hari dimana aku
menyesal, karena sepertinya aku akan
ke neraka karena cinta dan kecewa
jatuh kepadamu dan sahabatku. Ku
biarkan hatiku terluka oleh dua pedang
sekaligus darimu dan dari sahabatku.
Sekarang aku kelas XII, mimpi apa aku
semalam sehingga di depan mataku
sahabatku dan dia sedang berciuman,
retakkah hatiku ini atau hancur sudah
dimana kamu yang dulu pelangiku.
Kamu yang polos yang selalu aku jaga
kepolosanmu agar tak rusak seperti
mainan. Sekali lagi hatiku bergumam,
“Tuhan salahkah aku mengakhiri
hubungan dengan dia, dosakah aku
telah memenjarakannya dalam
kenakalannya yang semakin hari
semakin membuatku menangis,
dosakah aku membenci sahabatku.
“Mimpi buruk yang tak pernah aku
mimpikan, hanya terjadi di duniaku
tidak di mimpiku.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar