Kamis, 10 Maret 2016

aku menyayangi mu maaf ya

Hari yang cerah ini aku akan mulai
tahun pertamaku sebagai murid
sekolah menengah ke atas atau yang
sering disebut SMA. Namun kali ini
aku bukan ke sekolaah SMA umum
namun aku bersekolah di sekolah
menengah kejuruan atau SMK, di sini
aku mengambil jurusan TKJ (teknologi
komunikasi dan jaringan) aku
mengambil jurusan ini karena aku ingin
lebih memahami teknologi secara
mendalam beserta perangkat-
perangkatnya. Aku sekolah di sini
bersama teman-temanku dulu dari
SMP. Aku dan teman-temanku masuk
pada jurusan yang berbeda, hanya satu
temanku yang selalu bersamaku dia
mengambil jurusan yang sama karena
kami memiliki pemikiran yang sama.
Namanya Kenzy walaupun dia seorang
cowok tetapi dia merupakan teman
terbaikku. Aku dan dia berteman sejak
kecil karena kami tetangga
bersebelahan rumah, terkadang kami
lupa bahwa aku dan dia itu terlahir
berbeda. Kenzy dan aku sering
melakukan segala hal bersama sampai
melupakan perbedaan yang ada.
Setiap harinya aku dan Kenzy sepulang
sekolah bermain bersama dan pada
malam tiba aku dan dia belajar
bersama untuk memudahkan
mempelajari hal-hal yang nanti tidak
aku atau dia pahami. Terkadang kalau
aku ataupun dia tak mengerti aku
melingkari hal yang tidak kita pahami
dan ditanyakan kepada guru yang
mengajar. Belajar dengan Kenzy
merupakan hal yang menyenangkan
sekaligus menyebalkan, bagaimana
tidak menyebalkan di sela-sela kami
belajar dia terus menjahili aku dengan
pikiran jahilnya itu terkadang dia
menjahiliku sampai aku ngambek dan
langsung pulang meninggalkan rumah
kalau kami belajar di rumahnya tapi
kalau kami belajar di rumahku aku usir
dia dari rumah sampai-sampai ibu
bertanya. “Kenapa kalian ribut melulu
kapan belajarnya kalau rebut melulu?”
Begitulah pertanyaan yang sering ke
luar dari ibuku ataupun ibunya jika
terjadi hal tersebut. Sisi
menyenangkannya belajar dengan
Kenzy itu aku bisa ke luar masuk ke
rumah maupun kamarnya sesuka
hatiku karena orangtua Kenzy
menganggapku sudah seperti anak
kedua mereka begitu sebaliknya pada
orangtuaku Kenzy dianggap sebagai
anak laki-laki mereka terkadang aku
cemburu apabila ayah atau ibuku lebih
memperhatikan Kenzy. Setiap selesai
belajar kami gunakan waktu sebelum
tidur itu bercerita ataupun bermain
PSP bersama baik tempatnya itu di
rumahku ataupun di rumahnya karena
setiap habis belajar di rumah siapa
kami selalu menginap dan tidur
bersama, setelah pagi hari tiba kita
kembali ke rumahnya sendiri.
Hari pertamaku berjalan lancar seperti
biasa aku dan Kenzy pulang pergi
bersama naik sepeda. Tapi aku yang
hari ini tidak membawa sepeda, jadi
aku membonceng Kenzy. Namun aku
harus menunggu Kenzy dulu saat ini
karena dia mendaftarkan diri dulu ke
ekskul yang akan dia ikuti yaitu
fotografi. Aku dan Kenzy memang
sepakat untuk mendaftar bersama
ekskul itu namun aku lupa membawa
salah satu persyaratan yang
dibutuhkan, jadi aku menyuruh Kenzy
untuk daftar duluan dan besok baru
aku yang daftar. Setelah Kenzy ke luar
kelas untuk mendaftar aku berjalan
menuju parkiran sepeda, namun tanpa
ku sengaja aku menabrak orang yang
membawa tumpukan buku di
tangannya yang mengakibatkan orang
yang ku tabrak bukunya berhamburan
di lantai lorong sekolah.
“Maaf, aku tak sengaja aku tadi main
game jadi tak tahu kalau ada orang di
depanku,” ucapku meminta maaf.
“Tidak apa-apa aku juga yang salah
karena aku tak melihat jalan, mataku
tertutup tumpukan buku ini, oh ya
kamu anak kelas anak baru ya?”
“Iya, kok kamu tahu?”
“Ya tahu lah kan aku gak pernah lihat
kamu selama aku sekolah di sini,”
“Oh kamu kakak kelas ya, oh maaf
Kak,”
“Udah gak apa-apa tadi kan kita sama-
sama salah jadi gak apa-apa, aku
duluan ya aku udah ditungguin nih,”
ucapnya seraya berjalan kembali.
Setibanya aku di parkiran sepeda aku
sudah mmenemukan hidung Kenzy
yang nungguin aku di sepedanya.
“Woi ngelamunin apaan kamu?” ucapku
mengejutkannya. “Apaan sih aku udah
tahu kamu tadi jalannya ngendap-
ngendap aku diem aja pura-pura gak
tahu kalau ada kamu yang ngendap-
ngendap,”
“Kamu nih gak seru, setidaknya pura-
pura kaget gitu biar seru,”
“Ya maaf-maaf, eh tapi kamu ngapain
kok lama banget nyampainya di sini
aku sudah nungguin kamu di sini
sampai lumutan nih,” katanya sambil
mengambil sepedanya. “Aku tadi di
lorong bantuin orang yang aku tabrak
waktu jalan, kamu kok sudah di sini
bukannya kamu daftar ekskul tadi,”
“Sudah selesai kan cuma nyerahin
hasil foto dan ngisi formulir aja, kamu
kok bisa nabrak orang sih waktu jalan
pasti kamu jalan sambil main game
kayak biasanya,”
“Hehe udah tahu pake nanya,”
“Kamu nih kebiasaan,” kami terus
berbincang-bincang dari A-Z.
Sampainya di rumah aku bergegas
untuk mengganti baju seragamku
setelah itu memulai aktivitas seperti
biasanya. Aku ke luar rumah menuju
ke rumahnya Kenzy saat aku ke luar
aku tak sengaja melihat kakak kelas
yang aku tabrak tadi masuk ke rumah
Edo yang sudah dijual hampir sebulan
lalu dan sudah dihuni oleh penghuni
baru sekitar 2 hari ini. Ku rasa dia
adalah penghuni baru rumah Edo. Aku
yang tinggal selangkah lagi masuk ke
rumah Kenzy langsung masuk saja
seperti biasa karena sempat terhenti
sejenak tadi. Pintu yang tidak dikunci
mempermudahkanku untuk masuk ke
dalam rumah Kenzy.
Aku menuju ke dapur untuk mengambil
air minum dan beberapa snack dari
kulkas Kenzy untuk mengisi perutku
yang kosong karena pulang sekolah
tadi aku langsung melesat ke sini
setelah tahu ayah dan ibuku pergi ke
rumah nenek untuk menjenguk nenek
yang sakit di luar kota, sejak pagi tadi
dan hanya meninggalkan sebuah note
seperti biasa apabila mereka pergi
secara mendadak di tempel di pintu
kulkas. “tuk,” aku meringis ketika ku
rasa ada sesuatu yang memukul
kepalaku, aku menoleh ke belakang
dan benar saja Kenzy sudah ada di
belakangku dengan sendok yang ingin
dia gunakan untuk makan siang.
“Aku kirain kucing tadi kresak-krusuk di
depan kulkas, oh ternyata malah
kucing berambut hitam panjang sedang
memakan snackku di sini,” ucapnya
seraya berjalan ke meja makan.
“Aku kelaparan Ibuku pergi pagi tadi,
ya seperti biasa dia hanya ninggalin
note untuk anaknya ini jadi aku
langsung melesat ke sini setelah ganti
baju. Oh ya Bibi dan Paman ke mana?
Kok sepi sih?” Kataku seraya duduk di
meja makan bersama dengannya. “Ibu
sama Ayah belum pulang, ya sudah
katanya lapar cepat makan!”
perintahnya padaku.
Selesai makan aku dan Kenzy main
PSP di kamarnya dan menceritakan
kejadian tadi, dan dia hanya merespon
“Oh,” yang membuatku jengkel
padanya. Aku pun ke luar kamar untuk
mengambil raket dan mengajaknya
bermain badminton bersama di
halaman rumah. “Ya ini belum selesai
mau ke mana?” teriaknya dari dalam.
“Bosan aku, mending main di luar yuk
main badminton di halaman!” teriakku
tak kalah kencang darinya agar dia
mendengar karena aku sudah sampai
lantai 1 rumahnya.
“Ya ya tunggu sebentar, ini nih orang
yang mau kalah alasannya pasti bosan
kalau tidak ngantuk.”
Setelah sampai kami bermain
badminton dan tiba-tiba ada suara.
“Hei, kamu tadi yang tabrakan sama
aku di lorong sekolah kan?” tanyanya
memastikan aku yang mendengar
pertanyaan itu langsung menoleh ke
belakang. “Oh iya Kak, Kakak mau
ngapain?”
“Aku mau jalan-jalan di sekitar sini
karena kemarin belum sempat karena
hujan, rumah kamu di sekitar sini ya?”
tanyanya. “Ya Kak ini rumah temanku
perkenalkan ini Kenzy dan Kenzy ini.”
ucapku gantung karena aku sendiri
belum tahu namanya. “Rivan,”
sahutnya mereka pun berjabat tangan.
“Kamu?” tanyanya padaku.
“Aku Dila Kak,” Dan percakapan kami
berlanjut entah Kak Rivan lupa tahu
gimana yang tadi niatnya jalan-jalan
malahan dia kesasar di rumah Kenzy
sampai sore dan dia pamitan untuk
pulang karena sudah sore.
Hari-hari berikutnya Kenzy aku lihat
mulai dekat dengan Kak Rivan terbukti
dengan kekompakan mereka dalam
mejahiliku. Kak Rivan merupakan
kakak kelas satu tingkat di atas kami
namun dia kelihatan tidak memandang
aku maupun Kenzy sebagai orang yang
masih kecil ataupun belum mengerti
apa pun. Aku, Kenzy dan Kak Rivan
semakin dekat dengan samanya ekskul
yang kita ikuti yaitu fotografi,
terkadang pada akhir pekan kami
bertiga pergi untuk hunting foto
bersama sesekali merefreskan otak
setelah penat seminggu di berikan
pelajaran-pelajaran. Tak terasa
kebersamaan kami terjalin sekitar 2,5
tahun dan Kak Rivan siap menghadapi
dunia perkuliahan sedangkan aku dan
Kenzy menghadapi ujian kenaikan
kelas 3. Tidak seperti biasanya kami
berakhir pekan hanya berdua karena
Kenzy beralasan tidak bisa ikut karena
neneknya dari lampung mau ke sini
entah itu beneran atau tidak.
Kecanggungan merasukiku dengan Kak
Rivan dia diam dan sesekali dia
kepergok tengah melihat ke arahku
atau ke arah belakangku aku tak tahu,
aku yang tak tahan dengan atmosfer
yang seperti ini aku pun mulai
memecah keheningan dengan
menjahilinya terlebih dahulu. Tanpa ku
duga dia bereaksi dan kejahilannya pun
berbalik kepadaku aku yang tahu akan
seperti ini aku pun lari menyusuri
padang rumput di sekitar sini. Sesekali
sembunyi di balik pohon, saat sudah
lelah aku pun membaringkan tubuhku
di atas padang rumput yang ada dan
dia menyusulku pada posisi yang
sama. Seketika atmosfer
kecanggungan merajai kami kembali
dan kali ini yang membuka suaranya
terlebih dahulu adalah Kak Rivan yang
membuatku tercengang dengan
pengkuan yang ke luar dari mulutnya.
“Dil aku suka sama kamu mau gak
kamu jadi pacar aku?” akunya aku yang
terkejut saat itu langsung
mendudukkan diriku. “Tak usah kamu
jawab dulu jika kamu masih bingung
aku akan nunggu jawabanmu sampai
kamu siap jawab deh,” katanya seraya
berdiri. “Sudah sore sebaiknya kita
pulang nanti sampai rumah kemalaman
lagi,” katanya seraya jalan kaki menuju
halte yang jaraknya sekitar 10 meteran
dari sini.
Hari setelah hari pengakuan Kak Rivan
aku jarang bertemu dengan Kenzy,
pagi hari saat aku mau berangkat
sekolah bareng bersama kata bibi dia
sudah berangkat waktu pulang sekolah
aku melihat dia sedang bermain
dengan teman-temannya. Waktu
malam aku ke rumahnya katanya dia
lelah dia mengantuk begitu seterusnya
sepertinya dia menghindariku.
Sekarang tinggal aku sama Kak Rivan,
pergi ke sekolah bareng bermain
bareng dan ke mana-mana pasti ada
dia walau kadang aku merasa was-was
jika sewaktu-waktu dia meminta
jawaban padaku.
Tepat 1 minggu setelah hari
pengakuannya hari yang aku takutkan
tiba dia meminta jawaban atas
pengakuannya tersebut. Di sisi satu
aku berpikir tidak ingin untuk pacaran
ataupun hubungan lebih dari seorang
sahabat dulu saat ini karena aku masih
ingin fokus untuk menggapai mimpiku.
Tetapi di sisi lain aku tidak ingin
merusak persahabatan yang telah
terjalin, dan akhirnya aku memutuskan
untuk menjawab “Aku menyayangimu,
maafkan aku,” seakan mengerti
maksudku Kak Rivan pergi
meninggalkan aku di taman ini sendiri.
Setelah selesai menyelesaikan
masalahku dengan Kak Rivan aku pun
mengirim pesan ke Kenzy untuk
menjemputku di taman ini karena aku
lelah jalan ke halte dan aku beralasan
aku sendirian di taman ini dan takut.
Dia tiba dalam 15 menit, aku kira akan
lama sampainya ku rasa dia ngebut
naiknya karena biasanya waktu
tempuh rumah sampai taman ini itu 45
menit jika menggunakan kendaraan
umum.
“Kamu kok sendiri, mana Kak Rivan?”
tanyanya seraya turun dari motor dan
berjalan ke arahku. Dan aku
menyuruhnya duduk lalu menceritakan
semua yang terjadi saat dia tidak ada
di sampingku. Saat ceritaku terakhir
yang aku menceritakan saat Kak Rivan
bertanya tentang jawaban atas
pengakuannya ku rasa dia sedikit
antusias.
“Kamu jawab gimana, kok sampai dia
ninggalin kamu?”
“Aku nggak jawab gimana-gimana aku
cuma bilang ‘Aku menyayangimu,
maafkan aku,’” Dan reaksinya sama
dengan cerita-cerita sebelumnya yaitu
CUEK. Di sisi lain. “Aku bersyukur
kamu nggak nerima Kak Rivan, walau
aku tahu pada akhirnya kamu nggak
akan nerima karena prinsip yang kamu
miliki itu sama dengan yang aku
miliki.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar