“Nanda tunggu, pulang sekolah
sekarang ngumpul pramuka kata Kak
Nida, Ngumpulnya di kelas 8,” ucap
seorang perempuan sambil memegang
pundakku.
“Oh iya Pril, Kan katanya jam 2
ngumpulnya, jam 2 harus udah ada di
sekolah,” balasku.
“Katanya pulang sekolah,” dengan
memasang muka heran.
“Iya tadinya gitu, tapi tadi ada
pengumuman lagi. Ya udah dulu ya,
nanti sms aku aja kalau mau
berangkat ke sekolah,” ucapku dengan
senyum.
“Oh iya iya makasih ya Nan, iya nanti
aku sms hati-hati ya,”
“Iya, kamu pun Pril.” melangkah pergi.
Haaahh ini hari pertama masuk
ekstrakulikuler. Setelah terbebas dari
MOS dan kini aku disibukkan dengan
ekstrakulikuler walaaah.. Sesampainya
di rumah, aku bergegas sarapan, lalu
mandi. Tak terasa jam setengah 2 pun
tiba. Aku siap-siap berangkat lagi ke
sekolah.
“Mamah Nanda berangkat sekolah dulu
ya, soalnya sekarang ada ekstra
pramuka,”
“Oh iyaa, hati-hati yaa sayang,” balas
mamahku dengan tersenyum.
Singkat cerita sesampainya di sekolah,
semua anak pramuka udah ngumpul di
suatu ruangan.
“Assalamualaikum maaf Kak aku telat,
tadi macet di atas,” ucapku di depan
pintu.
“Iya gak apa-apa de, ayo duduk,” balas
Kak Nida dengan senyum.
Aku pun langsung duduk di sebelah
April. “Nan dari mana? Aku smsin gak
dibales-bales,” omelan April dengan
pelan.
“Ehh hp aku di tas, belum dilihat hehe
maaf ya sayang,” balasku dengan
pelan. Dia pun hanya membalas
jawabanku dengan tersenyum, entah
kakak-kakak pramuka ini sedang
merencanakan apa, soalnya mereka
membagi 2 tim, yang satu di kelas dan
yang satu lagi di lapangan.
“Hitungan 15 kalian semua harus udah
ada di lapangan,” teriak Kak Sukma
sambil menghitung dari 1 sampe 15.
Kami pun terkejut dan langsung berlari
ke lapangan, sesampainya di lapangan
kami dibagi menjadi beberapa regu,
dan April memegang tanganku.
“Nanda jangan jauh-jauh dari aku,”
ucapnya sambil menggenggam
tanganku.
“Iya April, kamu juga jangan jauh-jauh
ya hehe,” balasku dengan tertawa
kecil.
Dan materi hari ini memang di lapang,
kami diajarkan PBBAB (Pasukan Baris
Berbaris Angkatan Bersenjata).
“Sukma aku pegang regu ini!” teriak
seorang pria menunjuk ke reguku.
“Iyaa,” balas Kak Sukma.
Entah siapa kakak pria ini, tetapi
reguku menatapnya dengan aneh. Aku
pun hanya melihat teman-temanku
yang menatap kakak pria ini.
“Nanda lihat kita diajarinnya sama Kak
Faris,” ucap April sambil tersenyum
melihat kakak itu.
“Apa Pril? Siapa siapa namanya?”
ucapku sambil menoleh ke samping
melihat April.
“Haah kamu gak tahu Kak Faris? Ya
ampun Nanda helo kamu ke mana aja
sejak di MOS? Dia Osis paling banyak
dikenal loh, dan kamu gak tahu?”
Dengan wajah terkejut menatapku.
“Yaelah biasain aja sih mukanya
jangan gtu, segitunya ya Kak Faris?
Biasa aja,” balasku dengan santai.
“Ganteeng bangeet Nanda lihat,”
ucapnya dengan tersipu malu melihat
Kak Faris.
“Pegel deh ngomongnya pelan-pelan
gini, nanti aja deh kalau udah istirahat.
Mana ini lagi berdiri, di tengah lapang
lagi.” Omelanku.
Kami pun diajarkan beberapa hal oleh
Kak Faris, Ya menurutku sih biasa
saja. Tapi heran apa yang membuat
teman-temanku tertarik terhadapnya?
Ya sudahlah.
“Hormaaaat geraak!!” teriak Kak Faris
ke regu kami. Serentak regu kami pun
hormat.
“Haha loh ko hormat gini sih?” Tertawa
melihatku.
“Loh emang gimana Kak?” Jawabku
dengan heran.
“Lihat gini kalau hormat, terus kalau
hormat bibirnya jangan manyun gitu
haha,” meledeku, sambil memegang
tanganku membenarkan cara hormat.
“Ihh si Kakak ini ngeledekin terus, ya
udah atuh,” balasku dengan agak
kesal.
Kak Faris pun hanya tersenyum terus
menerus, entah apa rasanya tapi
ngerasa kayak yang aneh gitu si Kak
Faris, omelanku dalam hati.
“Iss Nanda,”
“Apa lagi April?”
“Kirain si Kak Faris mau benerin
hormat aku,” omelannya.
“Yaelah kamu cemburu? Cuman salah
hormat aja. Lagian mana mungkin dia
naksir aku, lah kamu ini.”
Waktu istirahat pun tiba, aku sama
April langsung pergi ke kantin membeli
minum.
“Wihh gila baru pertama ekstra udah
cape gini. Panasnya lagi euhh..”
omelanku.
“Namanya juga pramuka Nanda, udah
yuk kita minum di kelas aja,”
“Iyaaa,” berjalan menuju kelas.
Istirahat baru aja 10 menit udah masuk
lagi, gilaa banget kan. Dan sedikit ada
pengarahan dari kakak pembina
sebelum pulang.
Singkat cerita, jam pulang pun udah
tiba. Kami bersiap-siap untuk pulang,
temen-temen aku pun berjalan
meninggalkan ruangan, aku sama April
pun berjalan meninggalkan ruangan,
tetapi pas saat ke luar dari pintu
ruangan, ada seorang pria menyapaku.
“Hai, Nanda ya?” Ucap Kak Faris
menatapku.
“Iyaa kak, ada apa ya?” dengan heran.
Saat Kak Faris mencegatku, April
begitu saja berjalan meninggalkanku.
“Bentar dulu ya Nanda, ini lihat. Ini
nomor hp kamu bukan?” Balasnya
sambil melihatkan hp-nya yang
menunjukkan sebuah nomor hp.
“Bukan Kak, aku kan pake IM3 bukan
XL.” jawabku dengan heran.
“Eeuhh Azis, aku kan tadi minta sama
Azis, tapi Azis ngasihnya nomor yang
ini,” dengan heran.
“Waah? Padahal Azis suka smsan
sama aku loh,”
“Ya udah boleh minta nomor hp
kamu?” Tanyanya dengan tersenyum
melihatku.
“Oh iya boleh kak,” sambil
menyebutkan nomor hp-ku, ya di
pikiranku mungkin dia minta nomor hp
cuman buat pengumuman soal ekstra.
“Oh iyaa makasih ya Nanda,” balasnya
dengan tersenyum.
“Iyaa kak, oh iyaa aku duluan yaa kak
udah sore ini.” membalas senyuman,
lalu melangkah pergi.
Aku pun berlari mengejar April yang
meninggalkanku.
“April tunggu!” teriakku sambil lari.
“Aaahhh Nandaaa,” ekspresi wajah
sedih.
“Lohh ko kamu kayak yang sedih gitu?”
Menarik tangan April.
“Aku pikir yang bakalan diminta nomor
hp sama Kak Faris itu aku, tapi
nyatanya kamu. Padahal yang suka
sama Kak Faris itu aku,” dengan
cemberut.
“Haha aduuhh kamu cemburu gitu sih?
Yaelah aku ngasih no hp takutnya ada
apa apa, kalau aku gak ngasih gak
enak” balasku dengan tertawa
melihatnya.
“Aaah tapi lagian gak papa sih kalau
Kak Faris kamu yang dapetin”
balasnya mabil menatapku.
“Ahh kamu berpikiran panjang, nanti
kalau Kak Faris sms, aku kasih tahu
kamu kok, ayo jalan kita ngehalangin
jalan tahu,” berjalan pergi.
“Nandaa nanti add Facebook kakak
yaa AlFarisi,” teriak Kak Faris di
motor.
Aku pun hanya membalas
perkataannya dengan senyuman.
“Aahh tuh kan Nanda,” merengek.
“Yaah nih anak kambuh lagi, udah yaa
aku pulang duluan daah.” melangkah
pergi.
Singakat cerita sesampainya di rumah
pukul setengah 5, aku pun langsung
masuk kamar dan duduk sebentar di
tempat tidur. Lalu hp-ku bergetar, dan
aku buka isi pesannya.
“Haai ini nomor Kak Faris,” isi
pesannya ternyata dari Kak Faris, lalu
langsung aku balas saja.
“Oh iyaa kak.”
“Ehh Nanda lagi apa? Udah sampe
rumah?” Tanyanya.
“Udaah kak, lagi diem kak,” balasku.
“Nanda udah punya pacar belum?”
Mendengar kalimat itu entah apa
rasanya ke-PDan duluan haha, masa
iya Kak Faris suka sama aku. Orang
aku cuek gini masa iya dia suka.
Aku pun membalas pesannya. “Belum
kak,”
“Masa cewek kayak kamu belum
punya pacar?”
“Iyaa da belum kak hehe,”
“Oh iya,” balasnya dengan simple.
“Iya.”
Tak lama kemudian Kak Faris sms lagi
sekitar pukul 5 sore. “Nanda mau gak
jadi pacar Kak Faris?” isi pesan
darinya. Membaca pesan itu sungguh
aku terkejut, lalu aku sms April dan
menceritakan semuanya. April pun
mendukungku dengan Kak Faris,
meskipun memang ini hal aneh. Aku
baru tahu namanya siang tadi, aku
baru tahu orangnya dan secepat itu dia
mengucapkan kalimat itu? Aku pun
berpikir sejenak, tapi kan aku mau
Move On dari Teguh, sampe kapan aku
menutup hati untuk pria lain?
Mungkinkah ini saatnya aku mencintai
seseorang lagi? aku pun meyakini
diriku dan menerima Kak Faris.
Keesokan harinya. Pagi ini aku
bersiap-siap untuk berangkat sekolah,
dan hp-ku pun berbunyi. Lalu ku buka
isi pesan itu. “Nanda di mana? Cepet
ke sekolah aku tunggu di depan
gerbang,” sms dari April.
“Iya ini lagi mau berangkat,” balasku.
Sesampainya di sekolah. “Nan tahu
gak? Kak Faris tuh kelasnya pinggir
kelas kita cuman kehalang 1 kelas,
terus tadi dia ke kelas kita nanyain
kamu, terus lihat lihat jadwal piket
kamu.” ucapnya dengan tersenyum
menatapku.
Aku pun hanya membalas ucapannya
dengan tersenyum, aku bingung harus
gimana? Aku sama April pun berjalan
menuju kelas, pas saat di tangga aku
mau naik terus ada Kak Faris yang
mau turun. Aku hanya melihat pria itu
seolah aku tak mengenalnya, dia
senyum kepadaku tetapi aku cuek dan
meneruskan langkahku. April pun
menegurku sambil memegang
pundakku. “Nanda itu kan Kak Faris,
kok dicuekin,” menatapku dengan
heran.
“Walaah itu Kak Faris? Ohh yang itu
Kak Faris kok aku bisa lupa ya,”
dengan ekspresi wajah kebingungan.
“Yaelah nih anak pikun banget sama
wajah pacarnya sendiri.” omelan April
dengan bingung melihatku.
Seiringnya waktu berjalan, membuat
coretan demi coretan di kehidupanku,
setelah pulang sekolah Kak Faris
sering menunggu di depan kelasku,
guru-guru pun tahu aku berpacaran
dengannya, bahkan wali kelas aku pun
sendiri. Kita sering jalan bareng
setelah pulang sekolah. Hari demi
hariku berwarna olehnya. Iya Kak Faris
yang mampu membuatku Move On dari
teguh. Terima kasih Tuhan begitu
anugerahnya kau pertemukan aku
dengannya, Detik demi detik selalu ku
lewatkan dengannya. Banyak masalah
yang datang menghampiriku sejak aku
berpacaran dengan ketua osis itu. Iya
mungkin ini rintangannya, tetapi Faris
selalu menguatkanku, menjagaku,
melindungiku, hingga aku pun
memberanikan diri mengenalkannya
kepada ibuku. Iya aku telah
mengenalkan ibuku kepadanya, begitu
pula Faris telah mengenalkan ibunya
padaku.
“Aduuhhh peseek Happy Anniversary
sayang.” ucapnya dengan tersenyum
memberikanku setangkai bunga merah.
Aku pun tak berkata sepatah pun,
sungguh aku terkejut dan menatapnya
sambil membawa bunga itu, Faris iya
aku ingin dia seperti ini seutuhnya.
Memang aku tak begitu cantik, aku tak
begitu menarik. Tetapi aku telah
terbang terlalu jauh ke hatinya,
sehingga aku pun takut terjatuh
olehnya. “Makasih cece uuhh so sweet
bangeet.” balasku dengan tersipu
malu.
Kita pun saling bercanda sepulang
sekolah, entah berapa orang yang
membenciku karena aku berhubungan
dengan Faris. Tetapi Faris selalu
menguatkanku agar aku gak takut
dengan siapa pun. Setahun sudah
hubunganku dengannya, entah sampai
kapan hubunganku seperti ini, tapi
Tuhan ku mohon jangan pisahkan
kami. Sungguh aku tulus mencintainya,
aku lakukan apa pun agar dia
tersenyum. Aku mencintaimu dengan
tulus, dan ku harap kau pun begitu.
Bulan berganti minggu, minggu
berganti hari, hari berganti jam, jam
berganti menit dan menit berganti
detik. Dan selama setiap detik hidupku
selalu berwarna olehmu, Tuhanku
mohon selalu persatukan kami.
Kuatkan kami dalam situasi apa pun,
karena setiap senyumannya itu
kebahagiaanku, Ucapku dalam hati
sambil menatapnya dan melihat
lekukan senyuman manis di bibirnya.
AlFarisi sungguh ini anugerah bagiku
mampu untuk mencintaimu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar